Tafsir al-Munir ditulis dengan menggabungkan
beragam metode antara lain; metode tahlili, yaitu menerjemahkan dan menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an mulai dari awal surah al-Fatihah hingga akhir surah al-Nas
secara berurutan. Terkadang beliau mengutip penafsiran dari mufassir ternama
kemudian mengkomparasikannya, sehingga bisa juga dikatakan menggunakan metode
muqaran meskipun hanya sekali-kali. Dalam menafsirkan sebuah tema yang terdapat
pada suatu atau beberapa kelompok ayat, terkadang beliau mengaitkannya dengan
ayat lain. Metode ini adalah mengumpulkan ayat-ayat yang terkait dengan tema
tertentu yang lazim disebut dengan tafsir maudhu’i. Dalam kaitan ini, beliau
telah menggunakan sistem penulisan modern dengan referensi silang atau
cross-reference.
Senin, 12 September 2022
Metode yang digunakan Tafsir Al-Munir
Anregurutta Daud Ismail menyebutkan sumber-sumber rujukannya dalam awal jilid tafsirnya antara lain: tafsir al-Maraghi karya Ahmad Musthafa al-Maraghi (w. 1371 H), tafsir al-Jalalain karya Jalal al-Din Muhammad al-Mahalli (w. 864 h) dan Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman al-Suyuthi (w. 911 H), Hāsyiyah al-Ṣāwi ʻalā Tafsīr al-Jalālain karya Syaikh al-Ṣāwi al-Maliki (w. 1241 H), tafsir al-Qur’an al-‘Adhim karya Abu al-Fida Imail bin Umar al-Quraisyi bin Katsir al-Bashri al-Dimasyqi (w. 774 H), tafsir Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Ayi al-Qur’an karya Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid al-Thabari (w. 224 H), tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karya Nasr al-Din al-Baidhawi (w. 685 H), tafsir al-Dur al-Mantsur karya Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman al-Suyuthi (w. 911 H) dan tafsir yang lain .
Tujuan utama dari penulisan kitab tafsir ini antara lain; mengisi kekosongan kitab tafsir 30 juz yang ada di tanah Bugis, agar orang-orang Bugis dapat membaca dan memahami ajaran-ajaran al-Qur’an dengan lebih mudah dengan adanya kitab tafsir yang ditulis dengan bahasa ibu mereka, memberi informasi kepada suku-suku lain yang ada di Indonesia bahwa bahasa Bugis memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan bahasa lain yang digunakan di seluruh dunia dan agar buku terjemah dan tafsir ini menjadi pedoman dan petunjuk bagi generasi mendatang. Semoga akan lahir Daud Ismail yang lain dari tanah Bugis.
KM. Jamaluddin, S.H.I
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar