Senin, 28 Oktober 2019

TAFSIR AL-MUNIR DARI TANAH BUGIS











Al- Munir menjadi salah satu nama populer bagi para mufassir dan pengkaji tafsir. Hal ini terbukti dengan adanya sejumlah kitab tafsir yang dinamai ‘al- Munir’. Dari Timur-Tengah, Syekh Wahbah Zuhaili yang dianggap sebagai seorang faqih dan mufassir menamai salah satu tafsirnya dengan ‘al- Munir’. Sedangkan dari tanah Nusantara, Syekh Nawawi al-Bantni dan Anregurutta Daud Ismail al-Bugisi juga turut menulis master piece dengan nama yang serupa. Nama yang terakhir ini, dianggap sebagai ulama pertama dari Tanah Bugis yang berhasil menorehkan tinta emas dengan karya tafsir 30 juz berbahasa bugis.

Sekilas tentang Anregurutta Daud Ismail dan tafsir al- Munir

Anregurutta adalah gelar kehormatan bagi seorang ulama Bugis yang diakui kedalaman ilmu dan ketinggian luhurnya. Gelar ini sepadan dengan sapaan kiyai di tanah Jawa, tuan guru di NTB, buya di tanah Sumatra ataupun gelar-gelar lain sesuai dengan sosio-cultural dan letak geografisnya.
Anregurutta Daud Ismail yang sering disapa dengan H. Dauda lahir pada tanggal 30 Desember 1908 M di Cenrana Kab. Soppeng Provinsi Sul-Sel serta wafat pada 22 Agustus 2006 di RS Hikmah Makassar. H. Dauda punya sebelas orang saudara dari pasangan H. Ismail bin Baco Poso dan Hj. Pompala binti Latalibe yang berasal dari kampung yang sama. Ayahnya adalah seorang petani, guru ngaji sekaligus seorang katte dan parewa syāra di distrik Soppeng, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Kedua orang tuanya adalah orang yang terpandang dan tokoh masyarakat.


3 komentar: